Jakarta – MSN, Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta, Muhammad Al Fatih menekankan, penting pendekatan baru dalam mengembangkan sektor pariwisata berbasis budaya di Jakarta. Terutama melalui Program Pengembangan Kampung Wisata.
Ia menilai, kampung wisata harus mengedepankan nilai historis. Namun, perlu menyesuaikan diri dengan dinamika kehidupan urban yang semakin kompleks dan modern.
Konsep kampung wisata, sambung dia, idealnya dengan rancangan tidak sekadar destinasi foto atau wisata singkat.
Akan tetapi, perlu menjadi ruang hidup budaya tempat warga, wisatawan, dan pelaku kreatif dapat berinteraksi secara langsung.
Pengembangan kampung wisata perlu memperhatikan aspek penataan ruang, kenyamanan pengunjung, serta potensi ekonomi warga setempat.
Dengan konsep yang matang, kampung wisata bisa menjadi wajah baru Jakarta yang memadukan tradisi Betawi dengan gaya hidup urban modern.
“Kampung wisata harus dikembangkan sesuai dengan konteks urban Jakarta saat ini bukan hanya secara historis, tapi juga secara fungsional dan kenyamanan,” ujar Fatih, Jumat (31/10).
Selain menyoroti aspek penataan dan kenyamanan, Fatih juga mendorong kolaborasi lintas sektor dalam pengembangan produk-produk budaya dan suvenir khas Jakarta.
Para pelaku UMKM, seniman, desainer, dan komunitas kreatif memiliki peran penting sebagai penggerak utama menciptakan produk budaya. Tidak hanya bernilai ekonomi, tetapi juga memiliki nilai estetika dan identitas lokal yang kuat.
“Jika dikemas dengan estetika yang menarik dan sesuai selera pasar, Budaya Betawi justru bisa menjadi tren baru bahkan viral di kalangan masyarakat urban maupun wisatawan mancanegara,” kata Fatih.
Salah satu tantangan besar dalam upaya pelestarian Budaya Betawi, ungkap Fatih, minimnya eksposur di kalangan generasi muda.
Pada masa lalu, film-film bernuansa Betawi karya seniman legendaris, seperti Benyamin Sueb sangat efektif memperkenalkan budaya ke masyarakat luas.
Namun kini, generasi muda jarang bersentuhan dengan karya budaya lokal serupa. Sebab terjadi perubahan gaya konsumsi media.
Untuk itu, ia mengusulkan agar Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bisa memanfaatkan media modern sebagai sarana revitalisasi Budaya Jakarta.
Dengan pemanfaatan platform digital dan pendekatan visual yang segar, kata Fatih, akan membuat Budaya Betawi lebih relevan dengan gaya hidup anak muda. Tanpa kehilangan jati diri.
“Perlu dipikirkan cara baru agar anak muda bisa merasakan aura Budaya Jakarta. Misalnya lewat serial digital, musik, fesyen, atau festival tematik. Dikemas dengan pendekatan kekinian,” tukas dia. (yla/df)
